Saat ini kekayaan alam Ekosistem Terumbu Karang (ETK),
di Indonesia sudah menjadi perhatian dunia. Dan tidak bisa kita pungkiri bahwa
ETK Indonesia banyak rusak akibat penangkapan ikan dengan cara pengeboman,
potasium dan pembiusan.
Hal ini terjadi selama ini di beberapa lokasi ETK
baik, di kabupaten Wakatobi maupun lokasi lainnya di Indonesia.
Sebetulnya permasalahan kerusakan ETK bukanlah hal
yang baru, dan bukan juga tidak bisa diperbaiki. Saat ini sudah solusi efektif
untuk rehabilitasi terumbu karang, seperti yang dilakukan Taman Nasional Laut
Kepuluan Seribu (TNLKS) DKI Jakarta. Pihak pemerintah, pihak TNLKS dan
masyarakat berhasil melakukan rehabilitasi ETK.
Keberhasilan itu tidak hanya untuk kepentingan TNLKS
saja, akan tetapi sudah dirasakan manfaatnya oleh nelayan dis ekitar TNLKS
sendiri. Kemudahan dalam menangkap ikan, karena ETK-nya sudah semakin sehat.
Seperti halnya, ETK sehat ikan berlimpah. Dan yang
diperoleh budidaya terumbu karang pada setiap bulannya. Karena para nelayan di
TNKLS diikut sertas ecara langsung melakukan budidaya terumbu karang.
Seperti yang disampaikan oleh DRH R Dody Timur
Wahjuadi Rabu kemarin (5/8) Manager CV Dinar Jakarta menyatakan budidaya
terumbu karang sangat mudah dilakukan.
Belakangan ini sudah banyak nelayan yang dibekali cara
membudidaya terumbu karang.
Dengan demikian, nelayan bisa mendapatkan penghasilan
dari terumbu karang hasil pembudidayaan.
Lebih lanjut, bahwa kelemahan yang etrjadi selama ini
saat ini diberbgai daerah di Indonesia, khususnya di lokasi yang berpotensi
tumbuhnya ETK karena belum adanya pembinaan kepada nelayan utnuk membudidayaakn
terumbu karang.
Padahal jika sudah ada pembinaan terumbu karang maka,
potensi terumbu karang disuatu daerah akan tumbuh dengan sehat. Manfaatnya
nelayan akan ikut merasakan kesejahteraan, karena terumbu karang sehat, ikan
melimpah.
Begitu juga dengan nelayan budidaya terumbukarang akan
dapat menikmati hasil karan gyang dibudayanya dengan menjualnya, tentunya tidak
merusak karangnya.
Pengetahuan soal pengelolaan terumbu karang sangat
bermnfaat. Dengan memiliki ilmu pengetahuan terumbu karang, nelayan akan terus
menjaga kelestarian terumbu karang,
Menyangkut informasi terumbu karang, utnuk kondisi
saat ini telah etrjadi perdagangan terumbu karang. Perdagangan memang masih
mengalami kesulitan, karena pembelinya kebanyakan berasal dari luar negeri
seperti Amerika.
Itu pun kuotanya dibatasi, karena aturan yang telah
ditetapkan pemerintah. Sehingga nelayan tidak bisa menjual dengan bebas.
Meski demikian, bukan tidak mungkin masyrakat nelayan
mendapatkan kesejahteraan melalui pembudidayaan terumbu karang.
Ada dua cara agar hasil budidaya terumbu karang tetap
bernilai yaitu dengann bekerja sama kepada pihak penjual utnuk dipasarkan
di tingkat nasional maupun internasional.
Kemudian, bekerjasama dengan kepada pemerintah yang
bertindak sebagai penampung hasil budidaya untuk di jalankan proyek
rehabilitasi terumbu karang.
Hal itu harus dilkuakn karena pembeli tingkat lokal di
Indoensia inibisa dikataakn masih sangat minim, karena ada pembatasan dan
keterbatasan pengetahuan masyrakat yang paham cara memanfaatkan terumbu karang
tentunya pasti ingin membelinya.
Terumbu karang dimnfaatkan banyak orang utnuk hiasan
dalam aquarium di rumahnya, tentunya bersama ikan hias yang dimilikinya. Selama
ini banyak dilakukan orang asing, di Indonesia masih minim. Padahal dengan
menempatkan terumbu akrang sebagai hiasan dalam aquarium suasana akan sangat berbeda.
Menurut penyampain Indra Wijaya direktur Asosiasi
Karang dan Ikan Hias Indonesia (AKKI) pada presentase dihadapan peserta
journalist Seminar 2009 dikantor LIPI Jakarta, bahwa perdagangan terumbu karang
di Australia selama ini belum sampai tingkat Internasioanl, perdagangan terumbu
karang disana baru tingkat lokal.
Sebagai langkah penyelamatan terumbu karang dan
pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteran nelayan. Alangkah baiknya nelayan
budidaya terumbu karang dan nelayan pesisir di Indoensia ini dapat dibina dan
diberi kesempatan untuk melakukan hal yang sama dalam penjualan karang di
tingkat lokal seperti yang dilakukan di Australia.
Rehabilitasiterumbu karang, untuk saat ini memang
perlu di lakukan dengan cara melakuakn pembudidayaan. Karena banyak lokasi yang
memiliki potensi terumbu karang yang mengalami kerusakan baik parah, maupun
sedang.
Berdasarkan data yang disampaikan Dr Suharsosno
Direktur LIPI Jakarta menyatakan, bahwa banyak lokasi ETK yang emngalami
kerusakan. dan kerusakan itu ada yang diakibatkan bencana alam dan ada juga
akibat ulah manusia sendiri.
Dikatakan Dr Suharsono, kondisi terumbu bukarang di
Indonesia tahun 2007 yang diambil dari 77 daerah dan 908 stasiun pengamatan
diseluruh perairan Indonesia.
Lokasi di bagian Indonesia barat yang jumlah daerah
daerah potensi terumbu karang sebanyak 35 daerah.
Jumlah stasiun 362, dengan angka terumbu karang sangat
baik, 5,52 persen, baik 27,07 persen, sedang 33,98 persen, buruk, dan 33,43
persen.
Di lokasi bagian tengah Indonesia jumlah daerah 27
jumlah stasiun 274, kondisi sangat baik, 5,11 persen, baik 30,29 persen, sedang
22,84 persen, buruk 19,71 persen. Kemudian kawasan Indonesia Timur seperti
Sulawesi, Papua, dan lainnya untuk jumlah daerah 15 jumlah stasiun 272 konsisi
sangat baik 5,88 persen, baik 17,28 persen, sedang 34,19 persen, buruk 32,05
persen.
Secara keseluruhan jumlah daerah di Indoensia yang
memiliki ekosistem terumbu karang sebanyak 77 daerah. Jumlah stasiun 908.
Kondisi terumbu karang sangat baik hanya sebesar 5,51 persen, baik 25,11
persen, sedang 37,33 persen dan kondisi buruk 32,05 persen. Data tersebut
menunjukkan bahwa perlunya program rehabilitasi terumbu karang.
Rehabiliatsi terumbu karang melalui
pembudidayaan di Indonesia masih belum merata ke daerah-daerah. Rehabilitasi
terumbu karang saat ini masih di dominasi di TNLKS Jakarta.